Foto/istimewa
Pemerintah Indonesia telah membeli sebuah hotel besar di kawasan Tahrir, sebagai hunian jemaah haji dan umrah. Langkah ini menjadi fase awal realisasi proyek Kampung Haji Indonesia yang ditargetkan mulai berjalan pada Januari 2026.
“Kita sudah membeli satu hotel di daerah Tahrir. Itu hotel dengan kapasitas kamar 1.461 kamar di tiga tower,” ujar Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani seusai melaporkan progres proyek tersebut kepada Presiden Prabowo Subianto di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (17/12/2025).
Hotel tersebut diproyeksikan menampung sekitar 4.383 jemaah haji Indonesia. Hotel yang diakuisisi terdiri atas tiga tower setinggi 28 lantai dengan luas lahan sekitar 4.620 meter persegi, sementara lahan tambahan yang telah dibeli mencapai sekitar 4,4 hektare.
Selain akuisisi hotel, pemerintah juga membeli lahan di area depan hotel dengan luas sekitar 5 hektare untuk pengembangan tahap lanjutan. Di atas lahan itu direncanakan pembangunan 13 tower tambahan serta satu pusat perbelanjaan yang diperuntukkan bagi jemaah haji dan umrah Indonesia. Jika seluruh tower rampung, kapasitas kawasan ini diperkirakan mencapai 6.025 kamar dengan daya tampung lebih dari 23.000 jemaah.
Rosan menyebut lokasi hotel relatif dekat dengan Masjidil Haram. “Jaraknya hanya sekitar 2,5 kilometer dari Masjidil Haram,” katanya. Akses tersebut akan semakin singkat dengan rencana pembangunan terowongan atau jembatan Al-Hujun yang ditargetkan rampung pada 2026. Infrastruktur itu akan memangkas jarak tempuh jamaah dari sebelumnya sekitar 4,5–6 kilometer menjadi sekitar 2,5 kilometer.
Investasi Awal Rp8 Triliun
Dari sisi investasi, Rosan menyebut nilai awal pengembangan Kampung Haji Indonesia telah melampaui USD500 juta atau sekitar Rp8,33 triliun. Dana tersebut digunakan untuk akuisisi hotel dan pembelian lahan. “Nilai pembeliannya total itu adalah 500 juta dolar lebih sedikit,” ujarnya.
Untuk pengembangan lanjutan, kebutuhan investasi masih bersifat tentatif di kisaran USD700–800 juta, dengan nilai penawaran lahan secara keseluruhan berada di sekitar USD750 juta. “Paling nggak, ini adalah awal yang sangat baik. Inilah mandat yang diberikan kepada kami, sudah mulai kami laksanakan,” kata Rosan. Pembangunan di atas lahan baru tersebut ditargetkan dimulai pada kuartal IV tahun depan.
Pendanaan tahap awal, termasuk pengambilalihan aset, seluruhnya dibiayai oleh Danantara. Ke depan, pemerintah membuka peluang kolaborasi dengan Kementerian Haji dan Umrah yang juga memiliki sumber pendanaan. Menurut Rosan, tujuan utama proyek ini adalah peningkatan kualitas pelayanan bagi jamaah Indonesia. “Pada intinya, bagaimana kita meningkatkan pelayanan kepada jamaah kita menjadi lebih baik dan lebih nyaman,” ujarnya.
Incar Lahan Sekitar Masjidil Haram
Selain akuisisi yang telah berjalan, Indonesia juga tengah mengikuti proses bidding atau lelang lahan tambahan untuk pengembangan Kampung Haji. Rosan menjelaskan terdapat delapan plot yang ditawarkan, dan Indonesia memilih lahan nomor enam di kawasan Western Hindawiah karena kondisi tanahnya relatif datar dan strategis. “Yang nomor 6 namanya di Western Hindawiah. Itu jaraknya hampir sama 2,5 kilometer dari Masjidil Haram,” katanya.
Peminat lahan tersebut cukup tinggi dengan sekitar 90 bidder, namun Indonesia berhasil masuk dua besar. Proses lelang tidak didasarkan pada harga karena nilai lahan telah ditetapkan otoritas setempat. Penilaian dilakukan melalui rencana pengembangan, desain bangunan, serta kepatuhan terhadap regulasi. “Proses bidding-nya adalah melalui rencana, gambar, kemudian mengikuti peraturan dan lain-lain dan kita dua besar Alhamdulillah,” ujar Rosan.
Pengumuman pemenang lelang dijadwalkan pada akhir Desember 2025 atau Januari 2026. Rosan berharap Indonesia berhasil memperoleh lahan tersebut agar jamaah haji dan umrah Indonesia mendapatkan fasilitas yang lebih layak dan lebih dekat dari Masjidil Haram. “Tentunya ini akan menambah Insyaallah kekhusyukan mereka pada saat melakukan umrah dan haji,” pungkasnya.
Sumber Berita:https://www.jakartamu.com/
